sabar menerima apa adanya dan ikhlas memberikan apa yang ada http://www.syechbagusali.blogspot.com silaturahmi........


Shalawat Habib Syech untuk Negeri Damai




Magelang, NU Online
Ketika syair “Sholatun bi salamil mubin” didendangkan Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, sekitar 20 ribur orang lebih serentak mengikuti alunan syairnya. Halaman Masjid Agung, Alun-alun Kota Magelang menjadi lautan manusia yang berbaju putih, Sabtu (28/5).
Habib Syeh mengangkat tangannya, tanpa dikomando para Syechkres (pecinta shalawat Habib Syech) dan para jamaah majelis ta’alim Magelang Bershalawat menirukan syairnya, "Sholatun bi salamil mubini linuqhotit ta'yii ni ya ghoroomii. Nabiyyuna kaana ashlattak wiini min ahdi kun fayakuunu yaa ghoroomii."

Yang maknanya kurang lebihnya begini, "Shalawat serta salam kupersembahkan kepadamu wahai kekasihku. Sebagai bukti keteguhanku, wahai Nabi Muhammad SAW (kekasihku)." 

Seraya melantunkan syair itu, bendera warna-warna dikibarkan. Bendera yang dikibarkan para jamaah antara lain bendera merah putih, NU, Syechkres, OI (orang Indonesia), Muhammadiyah, kelompok pengajian, bendera bertuliskan Allah dan Muhammad. Merah, biru, putih, kuning, ungu bendera yang mereka kibarkan tak menjadi sebuah perbedaan. Semua larut dalam kebersamaan, satu hati mendendangkan syair-syair kecintaan dan kerinduan umat manusia kepada Rasulullah.

Sepanjang acara, bendera-bendera itu tak pernah berhenti, terus bergerak dikibarkan seperti menjadi sebuah semangat untuk mencintai Rasulullah, Indonesia dan sesama manusia. Anak-anak, remaja dan orang tua mendendangkan shalawat untuk keselamatan dunia dan akhirat. Sesuai dengan tema malam itu yakni, Magelang Bershalawat Doa untuk Kedamaian dan Keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Disela-sela bershalawat Habib Syech juga memberikan uraian hikmah. Dia mengajak seluruh umat manusia untuk intropeksi diri, jadilah seperti akar. Karena akar adalah unsur pohon yang memiliki ketulusan dalam menjalani mata rantainya. Meski akhirnya yang mendapatkan sanjungan adalah buah dari pohon itu.

"Menirulah Rasulullah meski berbeda keyakinan dan agama beliau menghormati mereka. Bahkan Beliau mendoakan mereka yang bersebrangan dan memusuhinya," katanya.

Menurutnya, hal yang paling sederhana mudah dilakukan adalah senyum dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan sembari mengucapkan salam. Jangan sampai kalah dengan semut, setiap kali berpapasan dengan temannya selalu bersalamanan.

Tapi akhir-akhir ini, lanjut dia, di negeri ini ada juga kelompok yang tak mau diajak berjabat tangan. Mereka menganggap orang Islam yang bukan kelompoknya adalah musuh, apalagi memandang orang yang beda keyakinan dan agama.

Menurutnya, jadi orang yang hidup di Indonesia tak boleh melupakan jasa para pahlawannya. Mereka tanpa pamrih berjuang hingga mati di medan tempur, mereka tak ingin mendapatkan gelar atau penghormatan. Tapi ingin apa yang diperjuangkannya untuk kesatuan NKRI.

"Marilah kita jaga negeri ini dengan penuh cinta. Ungkapan cinta kepada Rasul dan negara. Sehingga ada keteguhan batin hidup damai berdampingan," ujarnya.

Seusai tauziah Habib Syech mengajak para jamaah untuk menyanyikan lagu Indonesia. Dia sendiri yang memberi aba-aba dan memimpin prosesi menyanyikan lagu kebangsaan itu. Sebagai syair penutup, dia mendendang Ya Hanana dan diakhiri doa.

KH Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) dalam tauziahnya mengatakan bahwa Magelang Bershalawat sebagai media silaturahmi untuk merekatkan persatuan umat. Melalui bershalawat kehidupan di jalani dengan damai dan selalu menebarkan cinta kepada setiap orang seperti yang dilakukan Rasulullah.

Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Sholahuddin al-Ahmed

Sumber : http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/32394/Warta/Shalawat_Habib_Syech_untuk_Negeri_Damai_.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

NU: Koruptor Layak Dipotong Tangan dan Dihukum Mati



 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Marsudi Syuhud saat membacakan deklarasi antikorupsi di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Kamis, 26 Mei 2011.

Hadir dalam acara deklarasi itu sejumlah tokoh, antara lain Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa.

Dalam deklarasinya, Nahdlatul Ulama menyatakan korupsi sebagai pengkhianatan berat terhadap amanat rakyat. Kejahatan korupsi, menurut organisasi yang berdiri pada 31 Januari 1926 itu, tidak lebih ringan daripada pencurian dan perampokan besar.

Organisasi berbasis pesantren tradisional ini pun menegaskan bahwa uang negara, yang sebagian besar berasal dari pajak, harus digunakan bagi kemaslahatan rakyat, terutama fakir miskin, tanpa diskriminasi. "Apa pun agamanya, warna kulitnya, dan sukunya," ujar Marsudi.

Menurut Nahdlatul Ulama, pengembalian uang hasil korupsi pun tidak menggugurkan hukuman bagi para koruptor. Alasannya, pengembalian uang hasil korupsi kepada negara merupakan hak masyarakat. "Adapun tuntutan hukuman merupakan hak Allah," kata Marsudi.

Acara deklarasi kemarin juga memperdengarkan kembali keputusan penting organisasi yang pernah dipimpin Abdurrahman Wahid itu. Sikap tentang hukuman bagi koruptor, misalnya, telah menjadi Keputusan Musyawarah Nasional Alim Ulama NU pada 2002. Adapun sikap tentang keuangan negara diputuskan dalam Muktamar NU pada 1999.

l MARTHA THERTINA

Sumber :http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/05/27/brk,20110527-337072,id.html

»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Tips Do'a Kilat Khusus Bagi yang Super Sibuk ( Humor )



Do'a itu macam-macam jenisnya, ada yang panjang-panjang, ada pula yang pendek-pendek. Bagi mereka yang punya banyak waktu luang bisa memilih do'a yang panjang-panjang, dan bagi mereka yang sibuk boleh memilih do'a yang pendek-pendek, yang penting do'anya dimunajatkan dengan khusyu' dan ikhlas.

Kalau misalnya anda kebetulan menemui moment yang super sibuk, jangan lupa untuk tetap berdo'a. Misalnya anda memilih do'a yang pendek, do'a yang sudah pendek itu boleh diwinzip atau dikompress menjadi lebih singkat dan padat, yang biasanya satu paragraf menjadi satu baris saja. Lho..., gimana caranya???

Gampang,...
Pertama, inventarisir dulu apa yang akan anda minta dari Tuhan. Boleh dengan membuat daftar permintaan.

Kedua, yakinkan diri anda. Apakah permintaan anda itu sudah cukup atau belum, atau mungkin ada yang mau ditambahkan ataupun dikurangi.

Ketiga, jangan sekali-kali berburuk sangka bahwa do'a anda tidak akan dipenuhi Tuhan. Dari pada su'udzon kepada Tuhan mendingan nggak usah berdoa saja. Karena itu sama saja dengan buang-buang waktu.

Keempat, jika poin di atas sudah selesai, bubuhkanlah bacaan basmallah, hamdallah, dan shalawat Nabi sebelum anda memanjatkan permintaan anda kepada Tuhan, agar do'a anda sampai ke tujuan dan tidak terkatung-katung di bawah  'Arsy.

Kelima, gantilah daftar permintaan anda yang banyak tadi dengan kalimat sederhana dan singkat yang bunyinya kira-kira begini: "Ya Allah Yang Maha Tahu, Engkau Tahu yang Aku Mau, Maka Kabulkanlah Permintaanku, Amiiin"

Jika ternyata do'a anda tidak dikabulkan Tuhan, jangan segan-segan untuk sering-sering berdo'a kepada-Nya, karena pada akhirnya Dia akan merasa iba juga kepada anda, karena Tuhan memang memang Maha Iba kepada semua makhluk-Nya.

Dikirim oleh: Aba Anindya Hanafie: STAI Sangatta Kutai Timur


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/8/24470/Humor/Tips_Do_a_Kilat_Khusus_Bagi_yang_Super_Sibuk.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Bertemunya Agama dengan Adat



Dalam praktek keagamaan, oleh kelompok puritan, adat disingkirkan. Adat dinilai sebagai tidak pantas berdampingan agama. Adat manusia, agama Tuhan. Adat relatif, agama mutlak. Adat lokal, agama universal, dan seterusnya.

Bagaimana orang Bugis menerima agama? Bagaimana mereka mempraktekkan adat. Dan bagaimana pula mereka menjalani keduanya?

Hamzah Sahal dari NU Online telah mewawancarai Prof. Dr. Nurhayati Rahman beberapa waktu lalu di kantornya, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sampai hari ini, Nurhayati adalah orang Bugis yang konsisten menyelami budayanya sendiri dengan cara akademik. Dari menulis skripsi, tesis, hingga disertasi, aktivis Muslimat NU Sulawesi Selatan ini menulis tentang La Galigo.

Empat ratus tahun lalu Islam sudah mendarat di sulawesi selatan. Artinya Islam juga sudah lama bergumul dengan Sulawesi Selatan lengkap dengan seluk-beluk keyakinan, kebudayaannya. Apakah Anda bisa memberi ilustrasi bagaimana keduanya bergerak?

Di sini ada sebuah sejarah lisan yang sangat terkenal dan popular di kalangan masyarakat pedesaan. Ada dialog antara Nabi Muhammad dan Sawere Gading (tokoh utama dalam agama tradisonal orang Bugis yang terdapat dalam karya sastra La Galigo, red). Diceritakan Nabi Muhammad bertemu dengan Sawere Gading. Keduanya berdebat dan beradu kesaktian.

Di sana diceritakan nabi Muhammad adalah seorang yang pandai berargumentasi dan juga sakti secara fisik. Nabi bisa berjalan di atas lautan tanpa alat bantu, dan mukjizat-mukjizat lain yang tidak dimiliki Sawere Gading. Karena Nabi Muhammad demikian sakti dan sempurna, akhirnya Sawere Gading menyerah kalah. Karena kalah, Sawere Gading menyerahkan semuanya kepada Muhammad. "Saya pergi saja. Saya akan kembali ke asalku. Dunia beserta isinya kuserahkan kepadamu, Muhammad. Terserah Engkau mau diapakan." Begitu kira-kira ungkapan penyerahan Sawere Gading kepada Muhammad.

Apa makna cerita itu?

Yang penting dari cerita ini adalah bukan sahih atau tidak, tapi struktur berpikir orang yang bercerita, orang yang menciptakan cerita itu. Yang paling penting di sini adalah bagaiamana ulama dulu menjelaskan  Islam masuk lewat pintu-pintu peradaban, lewat gerakan kultural, bukan kekuasaan, bukan Perda, apalagi kekerasan. Yang demikian ini, jauh lebih efektif. Jangan lupa, Perda juga bentuk interpretasi, hasil tafsiran seseorang. Jadi klaim bahwa Perda itu murni Al-Qur'an merupakan kebohongan luar biasa. Kita tahu Islam itu ada NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ahmadiyah, Syi'ah, dan lain sebagainya.

Kalau faktanya demikian, aliran dan tafsir mana yang mau diperdakan, mana yang mau diformalkan? Oleh karena itulah sekarang kita melihat ada orang yang tidak setuju dengan Perda-perda Syari'at Islam. Kalau Islam diperdakan akan menjadi tunggal, yang akhirnya memihak kelompok tertentu. Pasti kan ada resistensi dari bawah, yaitu mereka yang merasa tafsir Islamnya tidak terakomodir. Ini salah satu problem penerapan Syari'at Islam.

Tadi disebutkan ada "Paradigma Lama" dan ada "Paradigma Baru". Bisa dijelaskan lebih jauh?

Yang dimaksud 'paradigma lama' adalah kepercayaan tradisional orang Bugis. Kitab sucinya bernama La Galigo, nabinya Sawere Gading. Itulah tadi yang berdebat dengan Nabi Muhammad di puncak gunung. Sedangkan 'paradigma baru' itu agama Islam yang kita kenal sekarang ini, berkitab Al-Qur'an dan nabinya, Muhammad bin Abdullah.

Sejarah agama dan adat di Indonesia ini dipenuhi konflik panjang dan terjadi di mana-mana. Perang Padri adalah salah satu bukti nyata dari konflik antara adat dengan agama. bisakan Anda menjelaskan dalam konteks Sulawesi Selatan?

Saya ingin mengungkapkan bahwa kerajaan yang ada di sini begitu istimewa. Seorang raja bertahta bukan karena dia anak sebagaimana terjadi di Yogyakarta, Inggris, Jepang, Maroko, Arab Saudi, dan lain-lain, melainkan dipilih oleh Dewan Adat. Dewan ini berfungsi mirip dengan DPR. Selain Dewan Adat, agamawan juga terlibat dalam proses bernegara. Keduanya tidak ada yang diunggulkan di mata sang raja, keduanya berposisi sama, sederajat.

Apa yang ingin Anda tunjukkan?

Saya ingin mengatakan bahwa kehidupan yang rukun antara agama dengan adat pada waktu itu merupakan peran ulama atau imam yang cerdas membaca situasi lokal. Mereka cerdas dan kreatif dalam berdialog, bahkan sampai pada tingkat kehidupan sehari-hari yang sangat detail. Misalnya, sampai hari ini kita masih menjumpai pembacaan Al-Qur'an dan Barzanji bersamaan dengan pembacaan La Galigo pada upacara pernikahan, khitanan, ataupun kelahiran.

Atau misalkan lagi bagaimana ulama mengganti tradisi memberi makanan ke laut, disebut Mappano, karena mereka menganggap ada nenek moyang di sana, diganti dengan membawa ke masjid. Sedangkan membawa sesajen ke gunung, disebut Mappaenre, diganti dengan membawa makanan ke imam. Jadi, setelah masuk Islam Mappano berarti membawa makanan ke masjid, sedangkan Mappaenre ke rumah imam, tidak lagi ke laut atau ke gunung.

Tapi buktinya sekarang ada ketegangan antara kaum adat dengan agamawan?

Pengamatan saya, yang membuat adat dan agama tegang adalah kelompok Islam yang datang belakangan. Mereka menghukumi ritual yang saya sebut tadi syirik dan berbau bid'ah. Inilah yang membuat kisruh kehidupan beragama dan beradat rusak. Setelah masa kemerdekan, kehidupan masyarakat adat, yang di dalamnya juga masyarakat Islam, menjadi semakin runcing karena kebijakan politik yang tidak paham situasi masyarakat bawah.

Kesimpulannya, pengembangan Islam secara kultural jauh lebih cair dan nyaman bagi siapa saja. Beda halnya dengan cara-cara kekuasaan, Perda dan segala macamnya. Ada satu kreativitas lagi yang membuat saya kagum dengan ulama dulu. Dalam fiqih, orang zina muhshan kan harus dirajam. Tapi ulama dulu di sini tidak melakukan itu. Ulama di sini menghukum orang berzina dengan Malawong, di-lawoni, diberi kain kafan. Pezina dimandikan, dikafani, dibacakan talqin, lalu dibuang ke laut. Maaf, bukan berarti saya membetulkan cara-cara seperti ini, tapi yang saya suka mereka telah berkreasi, tidak menjiplak mentah-mentah, meskipun datang dari ajaran agama.

Contoh lagi, soal pembagian waris. Dalam kewarisan, orang Bugis itu menganut persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan. Saya tidak membayangkan seperti apa resistennya mereka jika dikatakan bahwa dalam Islam, bagiannya perempuan hanya setengah dari laki-laki. Karena nilai waris di Bugis begitu kuat, ulama tidak mengatakan mentah-mentah aturan Al-Qur'an. Ulama bugis lalu mengatakan malempa orane, ma'junjung makunrae. Maksudnya laki-laki memikul (dapat dua), sementara wanita membawa barang di kepalanya cuma satu.. masih banyak contoh-contoh bagaimana ulama memperkenalkan islam di tanah bugis. Mereka memperkenalkan syari'at lewat jendela kultur, tidak dengan kekerasan, tidak dengan perang, tidak juga dengan pemaksaan dari atas. Memang islamisasi di sulawesi selatan ini lewat istilah jihad, tapi sudah dimaknai lain, yaitu siri, penegakan harga diri, martabat, dan rasa malu. Jadi islam ditegakkan melalui siri.

Apakah maksudnya jihad itu berarti bukan al-qital?

Ada juga yang berarti al-qital. Tapi imajinasi perang dalm jihad tidak sekuat makna lain.

Apa bisa disimpulkan bahwa Islam menerima adat?

Saya ingat. Ayah saya bergaul dengan para Bissu, pendeta dalam agama tradisonal. Kalau kita pergi ke kampung-kampung di acara perkawinan, yang mendandani kan para Bissu. Satu-satunya suku di dunia ini yang menghargai trans gender ya Sulawesi Selatan. Di sini multikultur sejak dulu. Coba Anda bayangkan, seseorang yang kelaminnya "tidak lazim", bahkan di banyak komunitas dipinggirkan, justru dihargai. Bissu jadi tokoh agama. Para Bissu adalah orang yang status sosialnya sangat tinggi. Kenapa demikian? Karena mereka dinilai adil, tidak memihak. Mereka dianggap bisa menjadi perantara kaum laki-laki dan kaum perempuan kepada Tuhan.

Apakah orang Islam menerima tradisi Bissu?

Orang Islam di sini membiarkan praktek seperti itu. Mereka bergaul tanpa ada prasangka apapun. Kecuali pada massa DI/TII. Pada masa itu para Bissu dihabisi. Juga pada masa Orde baru. Rezim menggelar "operasi tobat". Orde Baru menganggap mereka menyimpang.

Bisa dijelaskan lebih jauh siapa itu Bissu?

Bissu adalah pendeta agama tradisional di kalangan masyarakat Bugis. Mereka ada yang Islam dan ada yang tidak. Yang tidak Islam ada di suku Tolotang di Sidrap dan Singka, serta agama Patungtung di Kajang, Bulukumba. Tak ada yang berubah meskipun mereka Islam. Islam dan kepercayaan lama melekat jadi satu. Mereka naik haji, tapi juga melaksanakan ajaran nenek moyangnya. Kalau orang Bugis merantau, orang tuanya pasti akan menasehati, "Nak, ingat yang diajarkan leluhur kita." Bukan mengatakan, "Nak, ingat pesan Nabi." Perilaku-perilaki mereka biasa disebut mapadua. Inilah satu bukti bahwa Islam di Sulawesi Selatan  begitu kuat menyatu dengan adat, dengan ajaran sebelumnya.

Apakah pernah terjadi ketegangan antara Islam dengan adat?

Pernah. Dan sampai sekarang masih ada. Muhammadiyah menggusur praktek-praktek keagamaan mereka. Tapi NU tidak. Orang NU suka sekali dengan kaum adat. Ada cerita bahwa di satu desa orangnya tidak mau masuk Islam, tidak mau mengikuti ajaran Muhammad, kecuali mereka mendengar burung-burung di gunung bersaut-sautan di pagi hari. Ini pesan para orang tua mereka. Ayah saya yang NU membuat suasana seperti yang mereka imajinasikan. Akhirnya mereka masuk Islam. Tapi Muhammadiyah tidak melakukannya, karena dianggap tidak islami. Itulah sebabnya, Islam di sini berkembang, karena Islam di sini menerima ajaran nenek moyang mereka. Professor Cristian Peldrof membuat analogi menarik untuk orang Islam di Bugis. Dia bilang, "Orang Bugis itu di tangan kirinya sejarah masa lalu, sementara di tangan kanannya pembaharuan."

Apa maksudnya?

Maksudnya adalah bahwa orang Bugis mau menerima nilai-nilai baru, asalkan nilai-nilai lamanya juga tetap berjalan. Orang Bugis terbuka menerima ajaran dari luar selagi ajaran nenek moyangnya bisa dipraktekkan.

Mana yang lebih unggul di antara "tangan kanan" dan "tangan kiri"?

Jangan salah. Di antara kedunya tak ada yang lebih unggul. Keduanya adalah harmoni. Harmoni di antara langit dan bumi, siang dan malam, kanan dan kiri. Ibu yang disebut Cristian Peldrof sebagai harmonisasi di antara dua yang berlawanan.

Apakah bisa disimpulkan agamawan yang selama ini garang dengan kaum adat adalah sikap a historis dengan dengan sejarah Islam Bugis di Sulawesi Selatan?

Kurang lebih begitu. Saya melihat orang-orang yang tidak ramah dengan adat di sini itu orang Islam yang Arab, bukan orang Islam yang Bugis. Ketidakramahan itu semakin menjadi-jadi ketika Orde Baru hanya mengakui lima agama saja. Orde Baru mendatangkan guru agama Hindu di sekolah, anak-anak ya tidak paham, mereka tidak menerima. Yang membuat kisruh itu mereka, Orde Baru dan Islam Arab. Kita di sini baik-baik saja. Contoh, orang Tolotang yang Islam dan yang tidak berbaur tanpa ada prasangka apapun. Identitasnya juga sama. Kalau Anda datang ke sekolah, Anda tidak bisa membedakan mana yang Islam dan mana yang bukan. Baju dan kerudung mereka sama. Mereka berbaur dalam upacara perkawinan, kematian, dan lain-lain. Yang membedakan mereka hanya rumahnya. Kalau tiang rumahnya bulat itu Tolotang, sementara yang Islam segi empat. Itu saja.
***

Apa yang melatarbelakangi Anda menulis skripsi, tesis dan disertasi tentang La Galigo?

Begini. Ibu saya seorang bangsawan Bugis. Ia hadir di tengah-tengah keluarga dengan segenap kebugisannya. Sementara ayah saya datang dari tradisi santri yang kental. Keduanya menyatu dan mempengaruhi kehidupan kami. Umpamanya, sewaktu kecil saya sering mendengar nenek saya mengaji kitab "Hikayat Nabi Bercukur". Kitab itu dinyanyikan selepas shalat. Nada nyanyian itu persis seperti pembacaan La Galigo di rumah-rumah tiap malam Jumat. Saya jadi bertanya-tanya, kenapa orang Bugis sulit melepas tradisinya, padahal tradisi baru (Islam, red.) sudah datang?

Kalau orang Bugis diperdengarkan kitab La Galigo, mereka bisa senyum-senyum, bisa menangis. Dan mereka kuat sampai tiga malam. Selebihnya ya karena saya ingin tahu secara mendalam La Galigo. Belum ada orang Bugis yang menuliskan sejarahnya sendiri.

Apa yang diajarkan La Galigo?

Kalau maksud pertanyaan Anda apakah La Galigo islami atau tidak. Jawabnya ada yang islami, ada yang tidak. Konsep ketuhanannya mungkin tidak islami. Mereka mempunyai dua dewa, dewa yang bermukin di atas langit dan dewa yang menempati bawah laut. Tapi konsep kejujuran, satunya kata dengan perbuatan, keadilan, sangat islami.

Apakah konsep ketuhanan juga dibaca oleh orang Islam? Apakah dipila-pilah?

Tidak. Tapi kalau orang Islam mendengarnya bisa tertegun. Entah itu artinya apa. La Galigo dibaca sesuai acaranya. Perkwainan beda dengan kematian, panen padi beda dengan pembacaan mengiringi orang mau merantau. Masing-masing ada babnya tersendiri.

Begini, orang Islam itu kalau dibawa ke nuansa Islam, maka seluruh dunianya Islam semua. Sikap yang sama juga ketika mereka masuk ke dunia adat, maka seluruhnya akan berubah, mereka masuk ke dunia adat dengan segala pernak-perniknya. Sikap seperti ini tidak hanya dilakukan orang Islam, juga mereka yang menganut Kristen.

Di antara ribuan baris yang ada di La Galigo, apa yang paling membuat Anda terkesan?

Tentu ada. Yang paling terkesan adalah soal bagaimana sikap orang ketika ada rintangan yang menghalang. Kira-kira isinya begini. "Apabila Engkau bertemu dengan kesulitan, bisa musuh atau apa saja yang menghadang perahu di tengah laut, belokkanlah perahumu tujuh kali. Kalau itu pun tak diberi jalan, maka hadapkanlah perahumu tujuh kali ke kiri. Kalau keduanya tidak diberi jalan, barulah engkau tempuh jalan kesulitan itu."

Ini pesannya La Pananrang kepada anaknya, To Pananrang ketika mau berlayar ke China. Pesan ini yang sering saya kutip untuk menasehati anak muda. Janganlah Anda bertindak emosional kalau belum berpikir tujuh kali ke kanan dan tujuh kali ke kiri. Jadi empat belas kali. Coba Anda bayangkan, dalam dan bijaksana sekali nasihat itu. Saya yakin kalau kita melakukan nasihat itu, tidak ada kebrutalan apapun di sekitar kita. []

Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/5/32129/Halaqoh/Bertemunya_Agama_dengan_Adat.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Spirit Rakyat dalam Perang 10 November 1945 ( Resolusi Jihad )



Jakarta, NU Online
Kedasyatan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tidak bisa dilepaskan dari Resolusi Jihad, Perintah Perang, yang dikeluarkan oleh Hadratush Syaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari pada Tanggal 22 Oktober 1945. Pernyataan Perintah Perang itu disampaikan oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari di depan Presiden Soekarno di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, beberapa hari sebelum pecah Perang 10 November 1945.

Ihwal pertemuan bersejarah itu diungkapkan oleh Ki Setyo Oetomo Darmadi, adik pahlawan PETA Soepriyadi, di Blok A, Jakarta, Ahad, 7 November 2010.

Menurut mantan anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang akrab dipanggil Ki Darmadi, Bung Karno menemui Kiai Haji Hasyim Asy’ari ditemani oleh Residen Jawa Timur Soedirman, ayah Kandung Mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Soedirman. Dalam pertemuan bersejarah di Pondok Pesantren Tebu Ireng itu, kedua pemimpin tersebut membahas situasi politik terkait kedatangan Pasukan Sekutu dibawa Komando Inggris, yang membawa serta penjajah Belanda.

“Kiai, dipundi (despundi, bhs Jawa: bagaimana: RED.), bahasa Bung Karno, Inggris datang niku(itu: Jawa), gimana umat Islam menyikapinya? “ tanya Presiden Soekarno kepada Rois Akbar NU, yang akrab dengan panggilan Mbah Hasyim.

Mendapat pertanyaan atas sikapnya dengan kedatangan pasukan Sekutu, yang berdalih mengambil alih kekuasaan dari Jepang, lawan Perang Dunia Kedua yang sudah dikalahkan, yang berarti juga menafikan Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945, Mbah Hasyim pun menjawab dengan tegas.

Lho Bung, umat Islam jihad fisabilillah (berjuang di jalan Allah: RED.) untuk NKRI, ini Perintah Perang !” kata Rois Akbar Nahdlatul Ulama Hadratush Syaikh Kia Haji Hasyim Asy’ari, menjawab pertanyaan, sekaligus permintaan bantuan dari Presiden Soekarno dalam menghadapi ancaman pasukan Sekutu.

Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada Tanggal 29 September 1945 dibawa pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI berkekuatan 3 divisi: Divisi ke-23 dibawa Komando Mayor Jenderal D.C Hawthorn, menguasai daerah Jawa Barat; Divisi ke-5 dibawa Komando Mayor Jenderal E.C.Mansergh, menguasai daerah Jawa Timur; dan Divisi ke-26 dibawah Komando Mayor Jenderal H.M. Chambers, menguasai daerah Sumatera. Adapun Brigade ke-49 dibawa pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S.Mallaby yang mendarat di Surabaya merupakan bagian Divisi ke-23 pimpinan Mayjen D.C Hawthorn. Ketiga divisi itu bertugas mengambil alih kekuasaan Indonesia dari Jepang, yang berarti tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Menurut Ki Darmadi, seruan jihad melawan pasukan sekutu yang dikeluarkan Kiai Haji Hasyim Asy’ari itulah yang dikenal sebagai Resolusi Jihad. “Lalu Kiai Hasyim Asy’ari meminta Bung Tomo supaya teriak Allahu Akbar untuk menggerakkan para pemuda. Jasa utama Bung Tomo itu karena diperintah Kiai Haji Hasyim Asy’ari jadi orator perang,” ungkap Ki Darmadi terkait ihwal munculnya pekik Allahu Akbar yang dikumandangkan Bung Tomo melaui radio-radio.

Terkait pertanyaan kenapa Bung Karno menemui Mbah Hasyim Asy’ari, adik Pahlawan Nasional Soepriyadi, yang lahir di Kediri pada 17 Maret 1930 silam ini menjawab, “Tujuannya supaya Kiai Hasyim Asy’ari yang memiliki pengaruh besar di kalangan umat Islam itu menggerakkan jihad. Lalu ada yang hendak mengenyampingkan, kenapa Bung Karno tidak ke BKR (TKR: RED)? Saya punya jawaban. Karena jauh sebelum itu, saat pasukan PETA terbentuk, semua komandan batalyonnya itu ulama. Dan yang punya pengaruh besar terhadap para ulama, dan santri itu kan Kiai Haji Hasyim Asy’ari,” terang Ki Darmadi.

Di antara para ulama yang memegang kendali komando terhadap pasukan PETA, salah satu cikal bakal BKR itu, adalah Panglima Divisi Suropati, Kiai Imam Sujai, Divisi Ranggalawe dengan Panglimanya Jatikusumo, wakilnya adalah Soedirman, ayah kandung Basofi Soedirman, mantan gubernur Jawa Timur. Termasuk di Jawa Barat, komandan resimennya seorang ulama yang berjuluk Singa Bekasi, Kiai Haji Noor Ali.

“Jadi pilihan Bung Karno menemui Kiai Hasyim Asy’ari itu sudah tepat, karena yang bisa menggerakkan umat Islam ya, Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Terbukti sebelum Inggris masuk seluruh komandan batalyon PETA itu ulama,” tandas Ki Darmadi.

Presiden Soekarno memang datang ke orang yang tepat, lanjut Ki Darmadi, dampak perangnya pun luar biasa, seperti digambarkan dalam buku berjudul : Api Neraka di Surabaya. “Pertempuran di Surabaya itu bagaikan neraka bagi pasukan Sekutu. Orang bisa mati-matian berperang, itu karena perintah jihad tadi,” terang Ki Darmadi.

Pelaku dan saksi sejarah lainnya, yaitu Tokoh dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Haji Muchit Muzadi beberapa tahun lalu mengatakan, Hari Pahlawan 10 November itu tak bisa dilepaskan dengan Resolusi Jihad NU, yang dicetuskan para ulama di Bubutan, Surabaya pada 22 Oktober 1945.

“Proklamasi yang diucapkan Bung Karno dan Bung Hatta merupakan tantangan kepada tentara Sekutu yang saat itu berkuasa setelah Jepang menyerah,” kata Kiai yang akrab dipanggil dengan Mbah Muchit ini. Pernyataan salah seorang santri Hadratus Syaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari ini kian menegaskan, bahwa Deklarasi Resolusi Jihad 21-22 Oktober 1945 merupakan kelanjutan dari hasil pertemuan Bung Karno dengan Mbah Hasyim.

Segera setelah itu, ribuan kiai dan santri bergerak ke Surabaya. Pada Tanggal 28 Oktober 1945, pasukan sekutu dibawa Brigadir Jenderal Mallaby mengambil alih lapangan udara Morokrembangan, dan beberapa gedung penting kantora jawatan kereta api, pusat telepon dan telegraf, termasuk Rumah Sakit Darmo.

Pertempuran besar tak terhindarkan antara 6 ribu pasukan Inggris dengan 120 ribu pemuda Indonesia yang terdiri dari para santri, dan tentara. Akibat kalah jumlah Mallaby meminta bantuan Hawthorn agar pihak Indonesia menghetikan pertempuran. Hawthorn pun meminta Soekarno agar mau membujuk panglima-panglimanya di Surabaya menghentikan pertempuran. Terjepit pasukan sekutu itu digambarkan dalam buku Donnison “The Fighting Cock” sebagai “Narrowly escape complete destraction” alias hampir musnah seluruhnya”, kalau tidak dihentikan Soekarno – Hatta dan Amir Syarifuddin.

Jenderal Sekutu Tewas
Karena tidak mau belajar, dari kekalahan pertama, Brigjen Mallaby pun tewas dalam pertempuran yang pecah pada Tanggal, 30 Oktober 1945. Panglima AFNEI Letjen Philip Sir Christison pun mengirim pasukan Divisi ke-5 dibawa Komando Mayor Jenderal E.C.Mansergh, jenderal yang terkenal karena kemenangannya dalam Perang Dunia II di Afrika saat melawan Jenderal Rommel, jenderal legendaris tentara Nazi Jerman. Mansergh membawa 15 ribu tentara, dibantu 6 ribu personel brigade45 The Fighting Cock dengan persenjataan serba canggih, termasuk menggunakan tank Sherman, 25 ponders, 37 howitser, kapal Perang HMS Sussex dibantu 4 kapal perang destroyer, dan 12 kapal terbang jenis Mosquito.

Dengan mesin pembunuhnya itu, Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya, untuk bertekuk lutut alias menyerah, yang berarti mengakui Indonesia belum merdeka.

”Ultimatum Sekutu itu pun tak digubris sehingga terjadilah pertempuran 10 November 1945 dengan korban yang tidak sedikit, bahkan para santri dari Kediri, Tuban, Pasuruan, Situbondo, dan sebagainya banyak yang menjadi mayat dengan dibawa gerbong KA,” kata Mbah Muchit.

Kiai Kelahiran Tuban Jatim pada 1925 itu menambahkan, semangat dan tekad untuk merdeka itu merupakan semangat yang dipupuk melalui Resolusi Jihad NU yang digagas para ulama NU di Jalan Bubutan, Surabaya.”Tapi, terus terang, semuanya itu tidak tercatat dalam sejarah, karena ulama NU itu memang tidak ingin menonjolkan diri, sebab mereka berbuat untuk bangsa dan negara demi ridlo dari Allah SWT, bukan untuk dicatat dalam sejarah,” katanya.

Dampak perlawanan itu sepertinya tidak pernah terpikir oleh pasukan Sekutu, yang mengultimatum, agar seluruh pemuda, dan pasukan bersenjata bertekuk lutut. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

“Kenapa bisa begitu? Karena sebenarnya yang fanatik melbu suwargo (Bhs Jawa: masuk surga: RED.) itu kan Islam, jadi sudah tidak mikir apa-apa lagi. Mana ada Jenderal Sekutu tewas dalam Perang Dunia Kedua, itu kan hanya terjadi di Surabaya, di Indonesia, dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby,” kata Ki Darmadi menandaskan.

David Welch menggambarkan dasyatnya pertempuran itu dalam bukunya, Birth of Indonesia (hal. 66),“Di pusat kota pertempuran adalah lebih dasyat, jalan-jalan diduduki satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya. Mayat dari manusia, kuda-kuda, kucing-kucing serta anjing-anjing bergelimangan di selokan selokan. Gelas - gelas berpecahan, perabot rumah tangga, kawat-kawat telephon bergelantungan di jalan-jalan dan suara pertempuran menggema di tengah gedung-gedung kantor yang kosong. Perlawanan Indonesia berlangsung dalam dua tahap, pertama pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau-pisau belati menyerang tank-tank Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisir dan lebih efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk militer Jepang”

Pertempuran berlangsung dengan ganas selama 3 minggu. Pada akhir bulan November 1945 seluruh kota telah jatuh ke tangan sekutu. Namun semangat perlawanan oleh para pejuang Indonesia yang masih hidup tak bisa dipadamkan. Para santri, dan tentara mengikuti ribuan pengungsi yang melarikan diri meninggalkan Surabaya dan kemudian mereka membuat garis pertahanan baru mulai dari Mojokerto di Barat hingga ke arah Sidoarjo di Timur. Beberapa versi menyebut, korban dari pihak Republik Indonesia mencapai 20 ribu, bahkan ada yang menyebut 30 ribu jiwa.

Pelaku dan Saksi Sejarah
Pertanyaan, kemudian muncul, bagaimana membuktikan bahwa peristiwa Pertemuan Bung Karno dengan Rais Akbar Kiai Haji Hasyim Asy’ari itu benar? Mendapat pertanyaan ini Ki Setyo Oetomo Darmadi, menjelaskan posisinya. Menurutnya, Inggris datang ke Surabaya itu jauh sebelum meletus Perang 10 November 1945.

“Setelah meletus Pemberontakan PETA yang dipimpin Soepriyadi, saya dan ayah saya sekeluarga ditahan oleh penjajah Jepang, setelah Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada Tanggal 25 Agustus kami sekelurga dibebaskan. Usia saya saat itu 15 tahun, lalu masuk BKR. Karena saya Adiknya Soepriyadi, saya bisa kenal sama kiai-kiai, di antaranya Pak ud (KH Jusuf Hasyim), Pak Baidlowi, lalu bapaknya Pak Rozi Munir, yaitu Pak Munasir. Dan kebetulan saya masih familinya Bung Karno, jadi saya tahu ada pertemuan Bung Karno dengan Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Hasil pertemuan itu juga disampaikan oleh Bung Karno kepada para anggota BKR,” ungkap Ki Darmadi menjawab, asal sumber kesaksian.

Seruan Resolusi Jihad yang disampaikan di depan Presiden Soekarno oleh Rois Akbar Kiai Haji Hasyim Asy’ari merupakan peristiwa sejarah yang terpendam, dan hanya menjadi sejarah lisan. Namun, peristiwa tersebut bukan isapan jempol. Saat penulis meneliti sejumlah arsip Kabinet Presiden di Arsip Nasional, Cilandak, Jakarta Tahun 2001, penulis menemukan indeks tentang Resolusi Jihad. Namun saat saya pesan untuk saya baca, ternyata bagian pelayanan arsip tersebut menyatakan arsip sudah kosong, alias hilang.(abdullah taruna)


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/7/26171/Fragmen/Spirit_Rakyat_dalam_Perang_10_November_1945.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

KH Maimun Zubair: Bersihkan IAIN dari Ideologi NII



Semarang, NU Online
Perguruan Tinggi Islam sudah saatnya mengambil sikap yang tegas terhadap kelompok-kelompok yang mengembangkan paham Islam radikal terutama yang terkait dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Radikalisme yang ada di kampus semacam IAIN/UIN lebih banyak dipengaruhi oleh ajakan kelompok yang tidak paham Islam secara utuh.

“Saatnya IAIN membersihkan diri dari ideologi NII,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang KH Maimun Zubair sebagai keynote speaker seminar nasional “Pendidikan Islam dan Radikalisme” di Aula I oleh Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Kamis (12/5).

Islam tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk membenci orang lain. Apalagi melakukan bom bunuh diri di masjid. Itu sama sekali tidak benar. Paham radikal yang  muncul itu akan merusak citra Islam di Indonesia.

“Indonesia sudah pas menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak perlu jadi negara Islam” tambah kiai kharismatik ini. "Yang penting keislaman itu diterapkan dalam tata kehidupan sehari-hari dan mau hidup berdampingan dengan masyarakat luas,” tambah KH maimun Zubair dalam seminar yang diadakan dalam rangka Dies Natalis ke-41 IAIN Walisongo ini.

Menanggapi maraknya rekrutmen para mahasiswa dalam lingkaran NII, Nasir Abbas, mantan mujahid Afghanistan menyatakan kurang sependapat. “Mahasiswa yang masuk NII adalah mahasiswa yang kurang cerdas,” tegasnya.

Jika mereka mau masuk NII pasti karena paham radikalnya sangat berlebihan dan belum memiliki Islam yang kuat. “Semua warga besar IAIN harus dijauhkan dari paham yang salah” ujarnya dalam acara Dies Natalis ke41 ini.

Agar terhindar dari paham radikal ini, Nasir menyatakan ada dua hal yang perlu dimiliki seseorang. “Pertama mahasiswa harus punya perasaan hati” imbuhnya. Seseorang harus selalu bertanya kepada dirinya sendiri, mengapa harus tega membunuh? Mengapa harus percaya kepada orang yang merasa paling benar dan menganggap orang lain salah? Mengapa dan mengapa. Dengan pertanyaan itu otomatis dia akan sadar dan keluar dari paham radikal yang merusak tatanan agama Islam.

Hal kedua adalah perlunya respon diri  dengan sikap kritis. Sikap kritis kepada orang yang mengajak bicara atau memberikan banyak pertanyaan kepada orang yang menjadi lawan bicara akan menjadikan si calon ini disqualifide atau tidak sesuai dilanjutkan untuk direkrut. Dengan demikian secara tidak langsung akan selamat dari menjadi calon berikutnya.

“Mereka juga perlu berbagi cerita (sharing). Dalam proses rekrutment, para personil yang didekati itu dipengaruhi agar tidak menceritakan kepada orang lain tentang hal yang dia dengar atau yakini, karena khawatir akan terbongkar dan menjadi penghalang perjuangan. Maka jika seseorang memiliki sikap suka berbagi cerita kepada orang tuanya, guru dan teman-temannya maka ada kemungkinan dia akan mendapatkan penjelasan berbeda atau bisa menjadi penjelasan perbandingan. Dengan demikian semoga menjadi selamat tidak berlanjut kepada proses rekrut selanjutnya,” tambahnya.

Senada dengan itu, Prof Abdurrahman Mas’ud, Kapuslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag RI menyatakan bahwa ideologi radikal itu punya titik kelemahan. Kelemahan paling mendasar adalah mengenai sikap tertutup. ”Jika orang Islam tertutup, maka akan dijauhi orang,” tegasnya.

Untuk itu perlu sekali menunjukkan Islam yang ramah dan memberikan pendidikan humanis. Pola pendidikan yang mengajarkan saling menghormati dan menunjukkan Islam dengan murah senyum. ”IAIN harus bangkit dalam mewujudkan Islam toleran dan sudah saatnya radikalisme yang merusak citra Islam dihilangkan,” tegasnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam
Kontributor: M. Rikza Chamami


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/32150/Warta/KH_Maimun_Zubair__Bersihkan_IAIN_dari_Ideologi_NII.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Teka-Teki Imam Al-Ghozaly



Wahai sobat renungkan pesan dari Imam Al-Ghazali ketika berkumpul dengan murid-muridnya dan kemudian beliau memberikan pertanyaan teka-teki…
Imam Ghazali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu adalah janji Allah SWT bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (Surah Ali-Imran : 185).
Imam Ghazali : “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Imam Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : BumiI
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf : 179).“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah SWT) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah SWT), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah SWT). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Imam Ghazali : “Apa yang paling berat di dunia?”
Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah
Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72).
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[*] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
 Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allad SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah.
Imam Ghazali : “Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan sholat.

Imam Ghazali : “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?”
Murid-murid dengan serentak menjawab : Pedang
Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Mahfud MD Lebih Suka Disebut Lulusan Pesantren




Jakarta, NU Online
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengaku dirinya lebih suka disebut lulusan "air langgar" (anak surau/pesantren) dan terlalu mewah jika disebut lulusan universitas.

"Saya itu tidak suka menyebut universitas karena itu terlalu mewah, saya ini lulusan `air langgar` (anak pesantren)," ucapnya saat menerima kedatangan mahasiswa S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) di Jakarta, Rabu (25/5).

Mahasiswa UGM menyampaikan protes setelah mendengar pernyataan salah satu kader Partai Demokrat yang menyatakan almamater Mahfud lebih rendah dari almamaternya.

Mahfud menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menonjolkan kampus. "Yang menulis saya dari UII itu media massa. Saya tidak pernah menyebut lulusan dari mana," tuturnya.

Menurut Mahfudh, dirinya mendapat protes dari para mahasiswa UGM yang lebih menyebut lulusan dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

"Mereka protes, mengapa saya lebih suka menyebut lulusan UII saja dan saya menjawab bahawa hak itu cuma sebutan dari media," kilahnya.

Mantan eksekutif (menteri) dan legislator (anggota DPR) itu mengakui bahwa dirinya lulusan UGM, yakni S1 jurusan Sastra dan Budaya, S2 dan S3 Hukum Tata negara.

"UII hanya S1 jurusan hukum. Saat ini, saya juga menjadi guru besar di sana (UGM). Masak UGM dibandingkan dengan UII, sebab orang `kan sudah banyak yang tahu kualitasnya (UGM)," tegasnya.

Bahkan, putra kelahiran Madura, Jawa Timur itu menyebut dirinya pernah menjadi dosen tamu di universitas di Kolombia, AS, dan beberapa universitas di negara lain.

"Saya pernah jadi dosen tamu dan juga peneliti tamu bersama Andi Malaranggeng (Menpora) di AS," ungkapnya sambil menyesalkan kader Partai Demokrat yang menyerang secara personal.

Orang dekat almarhum mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyatakan dirinya tidak akan menanggapi serangan itu. "Ini pun saya ngomong ini karena diprotes mahasiswa," tukasnya.

Bahkan, alumni dan mahasiswa UGM menyampaukan rencana untuk melakukan upaya hukum terkait pernyataan kader Demokrat yang melecehkan almamaternya.

Redaktur : Syaifullah Amin
Sumber   : Antara


»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Indonesia Tetap di garis Depan Dukung Palestina



Nusa Dua, NU Online
Indonesia tetap berada di garis depan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Indonesia merupakan pendukung setia Palestina.

Demikian dinyatakan Menteri Luar Negeri RI, Marty M Natalegawa dalam sambutannya pada dalam acara pembukaan Konferensi Tingkat Menteri Gerakan Non Blok (KTM GNB) ke 16, Nusa Dua, Bali, Rabu (25/5).

Menurut Marty, kasus Palestina harus menjadi kasus utama dalam pembahasan di KTM GNB ini. Pembahasan harus terus dilakukan hingga persoalan-persoalan seputar Palestina terselesaikan.

"Termasuk berbagai aspeknya, secara hukum internasional dan resolusi yang relevan," tutur marty.

Dukungan terhadap Palestina, dapat dilihat dari adanya Komite GNB di Palestina, yang akan mengadakan pertemuan pada KTM GNB ini. Selain itu, Dalam pertemuan tersebut juga memiliki pembahasan khusus mengenai tahanan politik yang berada di pusat tahanan dan penjara Israel.

Marty percaya jika hal tersebut merupakan langkah maju menuju pendirian sebuah negara Palestina yang merdeka, berdaulat dan bersatu.

GNB juga menyambut baik adanya rekonsiliasi dan kesepahaman antara Fatah dan Gerakan Hamas yang difasilitasi Mesir pada 27 April 2011 lalu.

"Indonesia siap berdiri untuk melanjutkan mendukung rakyat Palestina mempersiapkan hari-hari ketika akhirnya mereka memiliki negara berdaulat," pungkasnya.


Penulis : Syaifullah Amin


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/32316/Warta/Indonesia_Tetap_di_garis_Depan_Dukung_Palestina.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

TAUFIQUL HAKIM (Penemu Metode Cepat Belajar Kitab Kuning)



Siapa sih yang tidak ingin bisa memahami tulisan-tulisan berbahasa Arab secara baik dan benar? Tidak ada yang bisa meragu, kitab suci Al-Qur’an dan teks-teks hadits Nabi serta sebagian besar khasanah keislaman disuguhkan dengan bahasa dan tulisan Arab. Ada yang berlebihan bahkan menyebut bahasa Arab sebagai bahasa surga. Akan tetapi melihat huruf-huruf yang kelihatan ruwet dalam kitab-kitab kuning atau kitab gundul itu orang menjadi ngeri. Yang menakutkan lagi, jika orang ingin bisa berbahasa Arab harus mengeram berlama-lama di pesantren, sampai tua dan tidak sempat menikah. Orang harus belajar ilmu nahwu, memutar-mutar harakat sampai ngelu; harus belajar ilmu sharaf yang menegangkan saraf, satu kata dibolak-balik menjadi puluhan kata, puluhan makna. Banyak yang ketakutan bahwa bahasa Arab adalah bahasa tersulit di dunia.gt;
Hal itulah yang menginspirasi Taufiqul Hakim, seorang kiai muda usia, untuk menyusun metode pembelajaran kitab kuning secara cepat, tepat, dan menyenangkan. Metode itu diberi nama ”Amtsilati” yang terinspirasi dari metode belajar cepat membaca Al-Quran, yakni ”Qiro'ati”. Jika dalam metode Qiro'ati orang bisa belajar membaca Al-Qur’an dengan cepat, maka dengan metode Amtsilati orang akan dapat membaca dan memahami kitab ‘gundul’ kitab tanpa harakat, kenapa tidak!!
“Terdorong dari metode Qiro'ati yang mengupas cara membaca yang ada harokatnya, saya ingin menulis yang bisa digunakan untuk membaca yang tidak ada harokatnya. Terbetiklah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh dari saya yang sesuai dengan akhiran "ti" dari Qiro'ati. Mulai tanggal 27 Rajab 2001, saya merenung dan bermujahadah, dimana dalam thoriqoh ada do'a khusus, yang jika orang secara ikhlas melaksanakannya, insya Allah akan diberi jalan keluar dari masalah apapun oleh Allah dalam jangka waktu kurang dari 4 hari. Setiap hari saya lakukan mujahadah terus-terusan sampai tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan Nuzulul Qur'an,” katanya.
”Saat mujahadah, kadang saya ke makam Mbah Ahmad Mutamakin. Di situ kadang seakan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad Baha'uddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam keadaan setengah tidur dan setengah sadar. Hari itu seakan-akan ada dorongan kuat untuk menulis. Siang malam saya ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan. Amtsilati tetulis hanya sepuluh hari.”
”Kemudian diketik komputer oleh Bapak Nur Shubki, kang Toni dan kang Marno. Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati memakan waktu hampir 1 tahun. Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Sebagai follow up terciptanya Amtsilati, kami gelar bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jepara, tanggal 16 juni 2002 diprakarsai Bapak Nur Kholis. Sehingga timbullah tanggapan dari peserta yang pro dan kontra.”
Diceritakan, Salah satu dari peserta bedah buku di Jepara kebetulan mempunyai kakak di Mojokerto yang menjadi pengasuh Pesantren. Beliau bernama KH. Hafidz pengasuh pondok pesantren "Manba'ul Qur'an". Beliau berinisiatif untuk menyelenggarakan pengenalan sistem cepat baca kitab kuning Metode Amtsilati, tanggal 30 Juni 2002. untuk acara tersebut Bapak H. Syauqi Fadli sebagai donatur, menyarankan agar dicetak 1000 set buku Amtsilati dan sekaligus untuk acara Hubbur Rosul di Ngabul Jepara.
Dari Mojokertolah dukungan mengalir sampai ke beberapa daerah di Jawa Timur melalui forum yang digelar oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, Jember, dan Pamekasan Madura. Sampai saat ini Amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa, bahkan sudah sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan Alhamdulillah telah dikenal di luar negeri, seperti Malaysia. Dalam waktu 4 tahun kitab amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5 juta exemplar.
Kitab Amtsilati pertama kali digandakan dengan mesin foto copy. Hasil penjualannya dipakai untuk menggandakan Amtsilati di mesin percetakan. Kemudian, hasil penjualan selanjutnya digunakan untuk membeli mesin cetak sendiri. Setiap kali cetak sejumlah 5000 ekslempar. Pegawai percetakan adalah masyarakat sekitar, termasuk ibu-ibu rumah tangga.
***
Taufiqul Hakim lahir pada 14 Juni 1975 di Sidorejo RT. 03 RW. 12 Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Dia adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dia bukan keterunan kiai atau bangsawan. Ayah dan ibunya hanya petani. Dari tujuh bersaudara hanya dia yang berprofesi sebagai seorang guru, dan saat ini dia dikenal sebagai kiai. Hal yang paling disesalinya adalah ketika ayahnya meninggal, dia tidak sempat ikut mengantarkan jenazah ayahnya karena harus menyelesaikan tugas belajar.
Dia adalah alumnus Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Pati. Ketika menjadi siswa di Matholiul Falah, dia juga nyantri di Pondok Pesantren Maslakhul Huda Kajen, yang diasuh oleh Rais "am PBNU KH. MA. Sahal Mahfudh. Pada tahun yang sama dia nyantri di Popongan Klaten, belajar Thariqah an-Nagsabandiyah dibimbing oleh KH. Salman Dahlawi, dan dinyatakan lulus setelah belajar selama 100 hari.
Selain sibuk mengajar dan mengisi pelatihan-pelatihan Amtsilati di berbagai kota di Indonesia dia juga tetap produktif menulis. Di antara karyanya adalah Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati jilid 1-5; Qaidati: Rumus dan Qaidah, Shorfiyah: Metode Praktis Memahami Sharaf dan I’lâl, Tatimmah: Praktek Penerapan Rumus 1-2, Khulashah Alfiyah Ibnu Malik, ‘Aqidati: Aqidah Tauhid, Syari’ati: Fiqih, Mukhtarul Hadits 1-7, Muhadatsah, Kamus At-Taufik 587 halaman, Fiqih Muamalah 1-2, Fiqih Jinayat, Fikih Taharah, Fikih Munakahat, Fikih Ubudiyah 1-2, dan beberapa kitab lainnya. Sudah ada sekitar 30 buku, dan masih terus menulis. “Di mana saja menulis, di mobil, di mana saja menulis. Kalau ada mud menulis, kalo tidak, ya tidak,” katanya.
Pesantren Darul Falah yang dipimpinnya kini membimbing tidak kurang dari 650 santri. Santri Darul Falah ada dua kategori: santri tetap dan santri kilatan. Santri tetap harus mengikuti semua aturan yang ada dalam program Amtsilati, sementara santri kilatan tidak diwajibkan banyak hafalan. Masa belajar bagi santri kilatan antara 1 minggu s.d. dua bulan saja.
Nama Al-Falah diambil dari nama pesantren Matholiul Falah, tempat dia pernah menjadi santri. Secara tidak resmi, Darul Falah ada sejak Taufiqul Hakim lulus dari Pesantren. Secara resmi, Darul Falah didaftarkan ke Notaris (Bapak H. Zainurrohman, S.H. Jepara) tanggal 01 Mei 2002 dengan nomor registrasi 02.
***
Awalnya Tufiqul hakim menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam atau syair dalam kitab Alfiyah yang disebut-sebut sebagai babonnya gramatikal arab itu tidak semuanya digunakan dalam praktek membaca kitab kuning. Dia menyimpulkan bahwa dari 1000 nazham Alfiyah yang terpenting hanya berjumlah sekitar 100 sampai 200 bait, sementara nazham lainnya sekedar penyempurna. Dengan bekal hafalan dan pemahamannya terhadap kitab Alfiyah, dia mulai menyusun metode Amtsilati. Penyusunan tersebut dia mulai dari peletakan dasar-dasarnya kemudian terus berkembang sesuai kebutuhan.
Amtsilati memberi rumusan berpikir untuk memahami bahasa Arab. Di sana ada rumusan sistematis untuk mengetahui bentuk atau posisi satu kata tertentu. Hal ini dapat dilihat pada rumus utama isim dan fi’il atau tabel. Lalu juga ada rumus bayangan dhamīr untuk mengetahui jenis atau kata tertentu; penyaringan melalui dzauq (sensitivitas) dan siyāqul kalām (konteks kalimat).
Sebelum memasuki praktek, Amtsilati telah memberi rambu-rambu mengenai kata-kata yang serupa tapi tak sama (homonimi: homografi, homofoni). Kata-kata yang serupa ini bisa terjadi dari beberapa kemungkinan: isim; fi’il mādhi; fi’il mudhāri’; fi’il amar; isim fi’il; huruf; dhamīr; isyrāh; maushūl; dan lainnya. Rumus selengkapnya terangkum dalam buku Tatimmah 1 hal. 3-7, 10, 12, 15-34.
Kelebihan Amtsilati adalah peletakan rumus secara sitematis, dan penyelesaian masalah gramatikal Bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan. Selain itu, rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu "Rumus Qaidati" dan "Khulashah Alfiyah". Diharapkan, para pemula tidak perlu bersusah-susah mempelajari bahasa Arab selama 3 sampai 9 tahun; cukup 3 sampai 6 bulan saja.
Abdul Rosyid
Ketua Forum Mahasiswa Alumni Pesantren Lirboyo (FORMAL)
Tulisan ini diambil dari skripsi penulis berjudul "Metode Amtsilati dalam Proses Penerjemahan: Studi Analisis Buku ‘Program Pemula Membaca Kitab Kuning’, Karya H. Taufiqul Hakim" di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. (nam)

Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/13/8376/Tokoh/Penemu_Metode_Cepat_Belajar_Kitab_Kuning.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Bau Kemenyan Disukai Nabi




Sering kali kita jumpai pembakaran kemenyan di tempat-tempat tertentu (misalnya makam para wali). Dan juga sering dijumpai pada acara-acara tertentu (seperti doa sedekah bumi) yang dilakukan secara islami dengan menggunakan bahasa Arab. Bagi sebagian warga bau kemenyan diidentikan dengan pemanggilan roh, dan sebagian yang lain menganggapnya sebagai pengharum ruangan, dan ada pula yang merasa terganggu dengan bau kemenyan. Bagaimanakah sebenarnya hukum menggunkan kemenyan? Baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat maupun dalam urusan beribadah?
Mengharumkan ruangan dengan membakar kemenyan, dupa, mustiki, setinggi kayu gaharu yang mampu membawa ketenangan suasana adalah suatu hal yang baik. Karena hal ini itba’ dengan Rasulullah saw. beliau sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik minyak wangi, bunga-bungaan ataupun pembakaran dupa. Hal ini turun temurun diwariskan oleh beliau kepada sahabat dan tabi’in. Hingga sekarang banyak sekali penjual minyak wangi dan juga kayu gaharu, serta dupa-dupaan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
Beberapa hadits menerangkan tindakan sahabat yang menunjukkan kegemaran mereka terhadap wangi-wangian hal ini ditunjukkan dengan hadits:
اذا جمرتم الميت فأوتروا
Artinya: Apabila kamu mengukup mayyit, maka ganjilkanlah (HR. Ibnu Hibban dan Alhakim)
Addailami juga menerangkan
جمروا كفن الميت
Artinya: Ukuplah olehmu kafan maayit
Dan Ahmad juga meriwayatkan:
اذا اجمرتم الميت فاجمرواه ثلاثا
Artinya: Apabila kamu mengukup mayyit, maka ukuplah tiga kali
Bahkan beberapa sahabat berwasiat agar kain kafan mereka diukup
أوصى أبوسعيد وابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم ان تجمر اكفنهم بالعود
Artinya: Abu Said, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas ra. Berwasiat agar kain-kain kafan mereka diukup dengan kayu gaharu
Bahkan Rasulullah saw. pernah bersabda
جنبوا مساجدكم صبيانكم وخصومتكم وحدودكم وشراءكم وبيعكم جمروها يوم جمعكم واجعلوا على ابوابها مطاهركم (رواه الطبرانى)
Artinya; Jauhkanlah masjid-masjid kamu dari anak-anak kamu, dari pertengkaran kamu, pendarahan kamu dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci. (HR. Al-Thabrani).
Hadits-hadits di atas sebenarnya menunjukkan betapa wangi-wangian adalah sesuatu yang telah mentradisi di zaman Rasulullah saw dan juga para sahabat. Hanya saja media wangi-wangian itu bergeser bersamaan dengan perkembangan zaman dan teknlogi. Sehingga saat ini kita merasa aneh dengan wangi kemenyan dan dupa. Padahal keduanya merupakan pengharum ruangan andalan pada masanya.
Di satu sisi persinggungan dengan dunia pasar yang semakin bebas menyebabkan selera ‘wangi’ jadi bergeser. Yang harum dan yang wangi kini seolah hanya terdapat dalam parfum, bay fress dan fress room. Sedangkan bau kemenyan dan dupa malah diidentikkan dengan dunia klenik dan perdukunan.

Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/10/27222/Ubudiyyah/Bau_Kemenyan_Disukai_Nabi.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Yusuf Mansur: Sedekah, Cara Mudah Lipatgandakan Uang



TEGAL, Cara yang paling dahsyat untuk mencari uang adalah bersedekah. Karena dengan bersedekah uang akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Demikian disampaikan Ustadz Yusuf Mansur saat memberikan taushiyah di lapangan Pemda Kabupaten Tegal, dalam rangka peringatan hari jadi ke -410 Kabupaten Tegal, Senin (15/5) kemarin. Kegiatan tersebut juga sekaligus dimanfaatkan untuk peresmian 15 rumah tahfidz di Kabupaten Tegal.

Ustadz Yusuf Mansur juga mengingatkan untuk sering memberikan sedekah, karena dengan bersedekah rizkinya akan dilipatgandakan . Ia memberikan contoh seorang guru TK di lingkungan Jakarta yang gajinya 150 ribu perbulan, namun berkat keinginan kuatnya untuk merubah hidup ia berani menyedekahkan semua penghasilnya selama 2 bulan. Pada akhirnya guru TK tersebut sekarang  memiliki penghasilan yang sangat luar biasa yaitu sampai berjuta-juta.

“Memang ada dua cara untuk merubah hidup yaitu dengan tahajud dan sedekah, lihat yang dilakukan guru TK tadi, ia bukan hanya bersedekah tetapi ia juga melakukan sholat malam selama dua bulan berturut-turut, karena sholat malam dapat meninggikan derajat kita,” tutur pengasuh pondok pesantren Darul Qur’an Nusantara Jakarta.

Seperti biasa tausiyah Ustadz Yusuf Mansur diakhiri dengan pengumpulan sedekah dari pengunjung. Seolah terhipnotis mereka merelakan apa yang pengunjung bawa, seperti Emas, Handphon, dan sebagian besar mereka menyedekahkan uang.   

Sebelum taushiyah, juga digelar jalan Sehat gebyar sedekah bersama Ustadz Yusuf Mansur dan Bupati Tegal, yang dipelopori yayasan Kawit An-Nur, yang diikuti oleh 20 ribu peserta yang melintasi jalan kota Slawi sepanjang 5 Km.

Para peserta jalan sehat terlihat antusias menempuh perjalanan dari start di lapangan Pemda Kabupaten Tegal menuju ke jalan Gajah Mada melewati jalan Cut Nyak Dhien hingga ke Jalan Kartini dan kembali ke lapangan Pemda. Selain pejalan kaki , komunitas sepeda onthel juga ikut meramaikan dengan rute perjalanan yang berbeda .

Usai jalan sehat , panitia melanjutkan pengundian kupon hadiah, mulai dari hadiah hiburan hingga hadiah utama yakni pemberangkatan umroh, satu unit rumah, dan sebuah sepeda motor. Rekaman wajah peserta jalan sehat pun menampakkan harapan mendapatkan hadiah yang cukup fantastis tersebut.

Sebelumnya Bupati Tegal, Agus Riyanto mengingatkan agar bisa belajar dari Ustadz Yusuf Mansur. Dirinya berharap dengan kehadiran Ustadz Yusuf Mansur , masyarakat Kabupaten Tegal agar lebih tenang, sabar dan tambah berkah. Dia juga menghimbau dalam rangka hari jadi ini agar Kabupaten Tegal lebih baik dari sebelumnya.

“ Mudah-Mudahan dengan kehadiran Ustadz Yusuf Mansur makin tentram dan masyarakatnya bisa menjaga keamanan, dan menjaga agar kabupaten Tegal tetap mbetahi lan ngangeni,”  ungkapnya.

Sementara pembina yayasan Kawit Annur, H.M Kasriyanto dalam laporanya mengatakan, kegiatan jalan sehat ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat berpartisipasi dalam hari jadi Kabupaten Tegal. diharapkan dalam diri setiap warga akan terpatri untuk mencintai tanah kelahirannya sendiri. Dengan demikian dalam diri masyarakat Kabupaten Tegal tercipta semangat memiliki, sehingga dapat mewujudkan visi gotong royong dalam pembangunan Kabupaten Tegal.

“Kami ingin memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat , serta memasyarakatkan sedekah dan mensedakahkan masyarakat,” katanya.

Redaktur: A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muiz


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/2/32269/Warta_Daerah/Yusuf_Mansur__Sedekah__Cara_Mudah_Lipatgandakan_Uang.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Waliyullah Gunung Pring



Kiai Haji Nahrowi Dalhar

Kiai Haji Nahrowi Dalhar atau Mbah Dalhar dikenal sebagai ulama yang mumpuni. Belum lama ini sosok Kiai Ahmad Abdul Haq meninggal dunia. Kiai  kharismatik ini adalah putra dari kiai Dalhar yang juga dikenal sebagai  salah satu wali

yang masyhur di tanah Jawa. Mbah Dalhar begitu panggilan  akrabnya adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang  yang wara’ dan menjadi teladan masyarakat.
 Kiai Haji Dalhar , Watucongol, Magelang dikenal sebagai salah satu guru  para ulama. Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat  Islam untuk menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah  sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa  Tengah. Salah satu mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga  menelorkan banyak ulama yang mumpuni.

Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 –  Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.  Lahir dalam lingkungan keluarga santri  yang taat. Sang ayah yang  bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari  Kyai  Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima  perang Pangeran Diponegoro. Adapun nasab Kyai Hasan Tuqo sendiri sampai  kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai  keturunan raja, Kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan  Raden Bagus Kemuning.
Semasa kanak – kanak, Mbah Dalhar belajar Al-Qur’an dan beberapa dasar  ilmu keagamaan pada ayahnya sendiri. Pada usia 13 tahun baru mondok di  pesantren. Ia dititipkan oleh ayahnya pada Mbah Kyai Mad Ushul (begitu  sebutan masyhurnya) di Dukuh Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di  bawah bimbingan Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama kurang  lebih 2 tahun.

Kemudian tercatat juga mondok di Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu,  Kebumen pada umur 15 tahun. Pesantren ini dipimpin oleh Syeikh As Sayid  Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau yang ma’ruf dengan  laqobnya Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Selama delapan tahun mbah Kyai  Dalhar belajar di pesantren ini. Selama itulah Mbah Dalhar berkhidmah di  ndalem pengasuh. Hal itu terjadi atas dasar permintaan ayahnya kepada  Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani.

Jalan Kaki dan Pemberian Nama Baru 
Tidak hanya di daerah sekitar Mbah Dalhar menimba ilmu. Di Makkah  Mukaramah berliau berguru kepada beberapa alim ulama yang masyhur.  Perjalalannya ke tanah suci untuk menuntut ilmu terjadi pada tahun 1314  H/1896 M. Mbah Kyai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim  bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki – laki  tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di  Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani  berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya kepada shahib beliau yang  menjadi mufti syafi’iyyah Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani
 Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui  pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang  perjalanan keduanya. Selama perjalanan dari Kebumen da singgah di  Muntilan , kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap  berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid  Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru.  Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan mbah Kyai Dalhar agar  naik kuda bersama.
Di Makkah (waktu itu masih bernama Hejaz), mbah Kyai Dalhar dan Sayid  Abdurrahman tinggal di rubath (asrama tempat para santri tinggal) Syeikh  As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid  Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat belajar pada Syeikh As Sayid  Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan, karena beliau diminta oleh  gurunya dan para ulama Hejaz untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan  Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kyai Dalhar  diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga mencapai  waktu 25 tahun.
Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani inilah yang kemudian memberi  nama “Dalhar” pada mbah Kyai Dalhar. Hingga ahirnya beliau memakai nama  Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi adalah nama asli beliau. Dan Dalhar  adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh Syeikh As Sayid Muhammad  Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah Swt, mbah Kyai Nahrowi  Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan nama pemberian sang  guru yaitu Mbah Kyai “Dalhar”. Allahu Akbar.
Ketika berada di Hejaz inilah mbah Kyai Dalhar memperoleh ijazah  kemursyidan Thariqah As-Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan  ijazah aurad Dalailil Khoerat dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana  kedua amaliyah ini dibelakang waktu menjadi bagian amaliah rutin yang  memasyhurkan.
Mbah Kyai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah.  Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para  ulama ahli hakikat sahabat – sahabatnya, beliau adalah orang yang amat  akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai – sampai ada putera beliau  yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut.  Sayang putera beliau ini yang cukup ‘alim walau masih amat muda  dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak  dewasa.

Selama di tanah suci, mbah Kyai Dalhar pernah melakukan khalwat selama 3  tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya. Dan selama itu pula  beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma  saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya. Dari bagian  riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk  mendoakan para keturunan beliau serta para santri – santrinya. Dalam hal  adab selama ditanah suci, mbah Kyai Dalhar tidak pernah buang air kecil  ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk qadhil  hajat, beliau lari keluar tanah Haram.
Selain mengamalkan dzikir jahr ‘ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kyai  Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan  dzikir sirrnya ini, mbah Kyai Dalhar dapat mencapai 3 hari 3 malam tak  dapat diganggu oleh siapapun. Dalam hal thariqah As-Syadziliyyah ini  menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kyai Dalhar  menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kyai  Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri  yaitu KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal (meninggalkan tidur malam) adalah  juga bagian dari riyadhah mbah Kyai Dalhar. Sampai dengan sekarang,  meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku  bagi para putera – putera di Watucongol.

Murid dan Karya – karyanya
Karya mbah Kyai Dalhar yang sementara ini dikenal dan telah beredar  secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah karya tulis berbahasa  Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan ‘Ali bin Abdillah bin  Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah.  Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah  sebuah karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya  beliau setelah ditashih kepada KH Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar  adalah kitab sharaf susunan Syeikh As-Sayid Mahfudz bin Abdurrahman  Somalangu. Karena beliau pernah mengajar di Watucongol, setelah menyusun  kitab tersebut di Tremas. Dimana pada saat tersebut belum muncul  tashrifan ala Jombang.

Banyak sekali tokoh – tokoh ulama terkenal negara ini yang sempat  berguru kepada beliau semenjak sekitar tahun 1920 – 1959. Diantaranya  adalah KH Mahrus, Lirboyo ; KH Dimyathi, Banten ; KH Marzuki, Giriloyo  dan lain sebagainya. Sesudah mengalami sakit selama kurang lebih 3  tahun, Mbah Kyai Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 –  Jimakir (1378 H) atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Ada yang  meriwayatkan jika beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959. Akan tetapi 23  Ramadhan 1959 bukanlah hari Rabu namun jatuh hari Kamis Pahing. (Oleh:  Nurul Huda)

Sumber: http://sufinews.com/index.php/Tokoh-Sufi/waliyullah-gunung-pring.sufi
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Merayakan Harkitnas 20 Mei, Mewarisi Kebodohan Sejarah




Rasulullah Saw sebagai tauladan terbaik umat manusia sepanjang zaman mengatakan jika dalam melakukan sesuatu itu, manusia harus memahami terlebih dahulu apa yang akan dilakukan atau diperbuatnya. Istlahnya: “Fahmu qabla ‘amal” atau “Paham terlebih dahulu baru melakukan”. Ini merupakan prinsip yang harus diikuti oleh manusia yang oleh Allah Swt diberi akal, sehingga manusia bisa bepikir, memilah yang baik atau buruk, dan tidak melakukan sesuatu hanya karena latah atau berdalih “sudah tradisi”.
Akal-lah yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan akal, manusia bisa berpikir. Beda dengan hewan yang hanya mengandalkan insting, sehingga semua yang dilakukan hewan sesungguhnya hanya merupakan pengulangan dari apa yang telah dilakukan hewan-hewan lainnya. Sebab itu, sangatlah tidak layak seorang manusia di dalam melakukan sesuatu hanya menyatakan “Sudah tradisi”. Karena yang namanya tradisi tentu ada yang bagus dan ada pula yang jelek.
Salah satu peringatan yang terus dipelihara sepanjang tahun oleh penguasa di negeri ini adalah Peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Tidak dahulu tidak sekarang, pemerintah selalu saja mendengungkan jika tanggal 20 Mei, tanggal berdirinya organisasi priyayi Jawa Boedhi Oetomo tahun 1908, merupakan tonggak kebangkitan nasional. Padahal Boedhi Oetomo sama sekali tidak berhak mendapat tempat terhormat seperti itu. Mengapa?
Budi Utomo Tidak Punya Andil Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Adalah KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam dalam bukunya “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa“, dengan tegas menulis jika Budi Utomo (BO) tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. BO terdiri dari para pegawai negeri (ambtenaar) yang hidupnya tergantung pada uang penjajah Belanda. BO juga tidak turut mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemerdekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis sentris. Hanya bangsawan Jawa Tengah dan Madura yang boleh menjadi anggotanya, orang Sunda, Betawi, dan sebagainya dilarang masuk BO.
BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan dalam penyusunan Anggaran Dasar Organisasi-pun BO tidak menggunakan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Belanda. Dalam rapat-rapat, BO tidak pernah membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka hanya membahas bagaimana memperbaiki tarap hidup orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda.
Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis tentang tujuan organisasi yakni untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. Tujuan BO tersebut jelas bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.
BO juga memandang Islam sebagai batu sandungan bagi upaya mereka. Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam salah satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini Alsrichtnoer voor de Indische Vereniging berkata: “ Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya.... sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan “.
Sebuah artikel di ”Suara Umum“, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, yang dikutip oleh Al-Ustadz A. Hassan dalam majalah “Al-Lisan “ terdapat tulisan berbunyi: “Digul lebih utama dari pada Mekkah, Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu kamu punya kiblat.“ ( M.S. Al-Lisan Nomer 24, 1938)
Oleh karena sangat loyal pada penjajah Belanda, tidak ada seorang pun anggota BO yang ditangkap Belanda. Arah perjuangan BO yang tidak nasionalis, telah mengecewakan dua pendiri BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya keluar dari BO.
Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, ternyata tokoh Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak 1895. Sekretaris BO (1916) , Boediardjo, juga seorang mason yang mendirikan cabang sendiri dengan nama Mason Boediardjo. Buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962”, karya Dr. Th. Stevens memuat fakta ini.
Peneliti Robert van Niels juga mengatakan, “Tanggal berdirinya Budi Utomo, sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi…Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat. Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukkan wajah barat. ” (Robert van Niels, Munculnya Elit Modern Indonesia, hal. 82-83).
Budi Utomo merupakan organisasi binaan Freemasonry yang menginduk kepada Yahudi Belanda. Pengkultusan terhadap Budi Utomo, dengan menisbatkannya sebagai organisasi pelopor kebangkitan Indonesia, merupakan hasil kerja Freemasonry dan Yahudi Belanda. Jadi, siapa pun yang dengan sadar memelihara pengkultusan ini—dengan salah satunya ikut-ikutan merayakan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei dengan sadar, padahal mereka tahu tentang sejarah yang sesungguhnya dari Budi Utomo ini—berarti telah ikut bergabung dengan barisan kaum Freemasonry dalam menyesatkan bangsa ini.
Berdirinya Syarikat Islam Jadikan Sebagai Harkitnas
Seharusnyalah peringatan Hari Kebangkitan Nasional bukan tanggal 20 Mei, namun tanggal 16 Oktober. Sejarah telah mencatat jika tiga tahun sebelum Budi Utomo berdiri, Syarikat Dagang Islam (yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam) didirikan, tepatnya pada 16 Oktober 1905.
Sangat beda dengan Budi Utomo, SI lebih nasionalis dan berterus terang ingin mencapai Indonesia yang merdeka. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Sebab itu para pengurusnyapun terdiri dari berbagai macam suku dari seluruh Nusantara. SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya, bersifat nasional, Anggaran Dasarnya ditulis dalam Bahasa Indonesia, bersikap non-kooperatif dengan Belanda, dan ikut mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan.
Sejarawan Fred R. von der Mehden (1957: 34) dengan tegas mengatakan bahwa SI-lah organisasi politik nasional pertama di Indonesia. Der Mehden tidak sendirian, ada banyak sejarawan asing dan juga Indonesia yang dengan tegas menyatakan jika SI-lah organisasi nasionalis pertama. Sedangkan Budi Utomo bukanlah organisasi yang nasionalis.
Usaha untuk menjadikan SI (atau SDI) sebagai tonggak Harkitnas menggantikan kesalah-kaprahan sejarah selama ini, pernah diusulkan umat Islam kepada pemerintah. Pada Kongres Mubaligh Islam Indonesia di Medan (1956), umat Islam mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan tanggal berdirinya SDI sebagai Harkitnas berdasarkan karakter dan arah perjuangan SDI. Namun sangat disayangkan, seruan ini tidak didengar pemerintah, bahkan sampai saat ini.
Akhir tahun 1980-an Indonesia katanya dilanda fenomena kebangkitan Islam dan saat ini sudah ada banyak orang yang mengaku sebagai tokoh Islam yang masuk ke lingkaran pusat pemerintahan, bahkan duduk dalam pos-pos strategis. Namun bukannya mewarnai pemerintahan, mereka malah terwarnai pemerintahan yang sampai hari ini masih saja mewarisi tradisi Yahudi Belanda. Bukannya meluruskan sejarah negeri Muslim terbesar di dunia ini, mereka malah ikut-ikutan latah memelihara warisannya Freemasonry Belanda ini. Jika untuk meluruskan sejarah yang kecil saja mereka tidak punya keberanian sebesar biji dzarrah sekali pun, maka apa lagi yang bisa kita harapkan dari mereka? [rz]

Sumber:  http://www.eramuslim.com/berita/analisa/merayakan-harkitnas-20-mei-mewarisi-kebodohan-sejarah.htm
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Perlukah Negara Islam Indonesia?



Silang pendapat tentang perlutidaknya negara Islam Indonesia kembali mencuat. Beberapa tokoh Islam pun akhirnya angkat suara mengenai masalah ini. Di antara mereka adalah Habib Rizieq Shihab yang juga ketua Front Pembela Islam atau FPI dan mantan ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi.
Kedua pendapat tokoh ini terungkap dalam forum diskusi antara tokoh Islam dengan jurnalis media asing khususnya Amerika yang tergabung dalam International Reporting Program. Diskusi berlangsung di kantor International Conference of Islamic Scholars, Matraman, Jakarta, pada Rabu lalu (11/5).
Diskusi berbicara seputar radikalisme di Indonesia, terorisme, dan negara Islam Indonesia. Menurut Habib Rizieq, sebelum Indonesia merdeka, hingga saat ini, Indonesia sudah merupakan negara Islam. Hal ini karena menurut Habib Rizieq, FPI sebagai organisasi Islam Ahli Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) berpegang pada definisi negara Islam yang berada pada kitab-kitab kuning.
Dalam pemahaman Aswaja disebutkan, setiap negeri yang dikuasai oleh umat Islam, berpenduduk mayoritas Islam, dipimpin oleh orang Islam, lalu umat Islam dengan bebas melaknakan ibadahnya, dan sebagian besar syariatnya bisa dijalankan syariatnya, maka itu sudah dikategorikan sebagai negara Islam.
“Jadi bagi FPI, tidak perlu lagi mendirikan negara Islam Indonesia, karena negara ini adalah negara Islam yang bernama Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berbendera Merah Putih, yang sekarang ini dipimpin oleh Presiden SBY,” ucap Habib Rizieq.
Habib juga menambahkan bahwa sebagian besar hukum Islam sudah berjalan di republik ini, dan itu sudah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Hal senada juga disampaikan mantan ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi. Menurutnya, NU dan Muhammadiyah bersama organisasi lain, turut terlibat merumuskan dasar-dasar negara dan konstitusi negara ini. Bersama dengan kelompok nasionalis yang dipimpin Soekarno, kemudian diputuskanlah ideologi negara yang berdasarkan Pancasila yang konstitusinya UUD 45. Lalu UUD ini dirinci dalam peraturan perundangan yang tidak boleh bertentangan dengan Pancasila itu sendiri.
Hasyim Muzadi menambahkan, isi Pancasila merupakan formula yang menjadi bagian ajaran semua agama di Indonesia. Semua beragama pasti berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan beradab, dan seterusnya.
Hasyim Muzadi juga menceritakan kalau sejarah pernah mencatat adanya upaya untuk memformalkan ajaran Islam dalam negara, tapi tak pernah berhasil. Beliau menegaskan bahwa NU dan Muhammadiyah tetap mempertahankan Pancasila.
Pertanyaannya, apakah peran syariat Islam seperti yang disampaikan kedua tokoh ini yang bisa menyelesaikan problematika umat Islam di negeri yang sangat korup saat ini? Atau ada formula lain agar Islam bisa menjadi solusi krisis negeri dan dunia saat ini. Sumbang saran pembaca sangat kami tunggu untuk kemaslahatan kita semua.


Sumber: http://www.eramuslim.com/suara-kita/dialog/perlutidaknya-negara-islam-indonesia.htm
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Ke Aborgin, Muslim Australia!




Masuk Islamnya orang asli Australia merupakan fenomena yang terus berkembang. Namun, alasan masuknya mereka ke dalam Islam sangat kompleks dan penuh sengketa, demikian menurut sebuah studi baru.
Dalam sebuah makalah yang dipresentasikan pada pertemuan Masyarakat untuk Studi Ilmiah Agama di Baltimore pada akhir Oktober tahun lalu dan dihadiri oleh Religioscope, peneliti Helena Onnudottir, Adam Possamai (University of Western Sydney) dan Bryan S. Turner (Wellesley College), media melaporkan bahwa fenomena "kebangkitan" Islam tengah melanda penduduk Aborigin, terutama di kalangan pria muda.
Padahal laporan para sosiologis berdasarkan sensus 1996, 2001 dan 2006, orang Aborigin lebih baik masuk ke dalam kategori "tidak punya agama" daripada harus masuk Islam, bahkan ketika itu jumlahnya mencapai 20,57 persen dibandingkan dengan rata-rata 18,6 persen secara nasional. Persentase orang Aborigin yang mengaku sebagai Muslim (0,22 persen) lebih kecil daripada angka untuk semua Muslim di Australia (1,7 persen).
Populasi Aborigin juga menunjukkan bahwa pemeluk Islamnya cukup beragam; sebagian besar di perkotaan (63,27 persen) dan sebenarnya.
Tetapi para peneliti juga mengetengahkan fakta yang cukup mengejutkan. Bahwa persentase yang lebih besar masuk Islam dari kaum Aborigin adalah laki-lakinya (58 persen).
Sejarah

Masuk Islamnya rakyat Aborigin ini mungkin tak lepas dari bagian sejarah. Beberapa Muslim Aborigin mengklaim bahwa mereka menghidupkan kembali identitas sejarah mereka dengan masuk ke dalam Islam karena ada gelombang awal pernikahan antara Muslim dengan orang-orang Aborigin di abad ke-19. Muslim ini adalah campuran dari pedagang pelayaran, yang berasal dari pulau Sulawesi Indonesia, dan Arab (disebut "Afghanistan") atau penunggang unta di pedalaman Australia.
Beberapa Muslim Aborigin telah melacak kembali akar sejarah mereka di Australia, dan inilah yang merupakan alasan yang mereka sebut fenomena saat ini sebagai sebuah "kebangkitan". Tetapi tidak ada garis lurus identitas Muslim antara kelompok-kelompok atau bahkan kesamaan banyak antara agama Islam dan kebiasaan tradisional Aborigin.
Onnudottir, Possamai dan Turner berpendapat bahwa lebih akurat untuk mengatakan bahwa orang Aborigin mempunyai afinitas dengan pemukim ini, karena kedua kelompok ini dikeluarkan dan dianggap orang luar di Australia. Gerakan "kekuatan hitam" Australia pada 1960-an dan 1970-an juga menarik banyak orang untuk masuk Islam, khususnya Muslim Afrika-Amerika seperti Malcolm X.
Alasan Masuk Islamnya Rakyat Aborigin

Kajian Onnudottir's, Possamai dan Turner, sebuah versi yang ditampilkan dalam Jurnal Internasional untuk Studi Baru Agama, berpendapat bahwa identifikasi kekristenan dengan pemerintahan kolonial dan dominasi putih atas orang Aborigin mungkin telah mencemari agama dan mungkin menjadi alasan mengapa persentase Aborigin mempraktikkan agama Kristen menurun drastis dalam sensus.
Mereka mencatat bahwa Pentakostalisme, bentuk Kristen yang tumbuh paling cepat di Australia, belum banyak diterima oleh orang-orang Aborigin.
Mereka menyimpulkan bahwa media mungkin kaget dengan pertumbuhan Muslim Aborigin sebagai tren penting dalam agama Australia, di tengah dominasi sekuler yang menandai negeri ini. (sa/onislam)

Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/ke-aborgin-muslim-australia.htm
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Kiai Wahab Mencari Sopir



Ketika NU memutuskan diri untuk berpisah dari Masyumi dan menjadi partai sendiri, banyak orang yang meragukan kemampuan NU dalam mempersiapkan SDM-nya. Salah satu politisi Masyumi, Isa Anshari, pernah menanyakan kepada Kiai Wahab dengan nada berolok mengenai minimnya SDM yang dimiliki NU untuk mengisi jabatan-jabatan publik.

Isa bertanya “Kiai, jika NU jadi partai politik, apakah sudah mempersiapkan tokoh-tokoh andalnya untuk menjadi menteri, duta besar, gubernur dan sebagainya? Berapa banyak dokter, pengacara, dan insinyur yang dimiliki NU?

Wahab menjawab: “Jika saya membeli sebuah mobil baru, penjualnya tidak bertanya: ‘Pak, bapak bisa menyetir?’ Pertanyaan semacam itu tidak perlu karena jika saya tidak bisa menyetir saya dapat memasang iklan di Koran ‘Dicari Sopir’. Tidak bisa diragukan akan segera ada antrian calon di depan pintu saya”.

Dikutip dari Saifuddin Zuhri, Berangkat dari Pesantren (Jakarta: Gunung Agung, 1987) halm, 339


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/8/26538/Humor/Kiai_Wahab_Mencari_Sopir.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Jin dan perokok berat



Suatu ketika ada tiga orang masing-masing pemabuk, penggila wanita dan satunya lagi perokok berat

menemukan kendi ajaib.Saat menggosok-gosok nya ternyata ada jin bebas keluar dari kendi tersebut. Karena telah berjasa terhadap jin itu, ketiga orang ditawari imbalan oleh jin sesuai dengan permintaanya.<br />
Si pemabuk minta arak dengan segala jenis. Si penggila wanita pun demikian mendapat kiriman wanita-wanita cantik dibawa ke kamar si penggila wanita tadi.

Sang perokok berat pun meminta hal sama. Ia meminta rokok berbagai merk untuk dirasakan sepuasnya. Setelah diberikan hadiah tadi, Mereka menikmati pemberiannya di kamar masing-masing.

Esok harinya, jin tadi mengecek kepada masing-masing kamar ketiga orang tersebut.

Kamar pemabuk, orangnya lunglai terkapar mati kebanyakan minum arak, begitu  pula si penggila wanita mati kehabisan tenaga bersama wanita-wanita tadi.

Namun, ketika membuka kamar sang perokok berat, jin kaget karena  orang tadi masih segar bugar.

Si perokok berat dengan gagahnya keluar kamar sambil memukuli jin tadi.

” kamu itu gimana to jin, ngasih kesenangan rokok, tapi aku gak bisa menikmati pemberianmua,”kata orang tadi. “Kok bisa…”tanya Jin.

“Lha kamu tuh aneh, mosok ngasih rokok gak ada koreknya. Kapan menikmatinya.”gerutu perokok sambil memukul wajah  sang Jin.

OOOOOOalaah. Ternyata sang perokok dituruti kemauannya tanpa diberi korek api. Tentu saja  perokok berat tidak bisa menikmati pemberian jin..(qomarul adib)


Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/8/26343/Humor/Jin_dan_perokok_berat.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Pancasila Ditangguhkan




Suatu hari, para kiai seluruh Madura bermusyawaroh, membicarakan tema Pancasila dan Islam. Saat malam tiba, sesi pembacaan keputusan dimulai.
"Bismillahirohmannirohim," seorang kiai berjubah memulai membacakan kesepakatan.

"Berdasarkan musyawaroh para kiai dan alim ulama, atas dasar menjalankan ajaran Islam, serta mendukung keputsan PBNU beberapa waktu lalu, kami menyatakan.." lanjut kiai tadi.

1. Pancasila tidak bertentangan dengan Islam;

2. Orang Islam wajib melaksanakan keputusan ulil amri bahwa Pancasila adalah dasar negara.

Tapi, kiai tadi belum selesai membaca, ada seorang kiai berbaju hitam di belakang mengacungkan tangan, dan ngomong dengan lantang:

"Kiai, Pancasila harus ditangguhkan!"

Seisi ruangan mendandak ribut, para kiai saling berpandangan. Lalu ada kiai berdiri merespon, "Apa maksud Sampean, Kiai. Kita kan sudah sepakat tentang Pancasila?"

"Lha iya, karena itu, Pancasila harus ditangguhkan! tegas kiai berbaju hitam tersebut, kali ini dengan mengepalkan tangan.

"Gimana Sampean Kiai, kita kan sudah sepakat Pancasila itu asas negara dan tidak bertentangan dengan Islam? Semua kiai dan PBNU sudah sepakat."

"Makanya, Pancasila harus ditangguhkan, karena kita semua sudah sepakat," ujar kita berbaju hitam itu tetap ngotot.

"ooo.. Maksud kiai itu Pancasila harus diperkokoh, dikuatkan, harus tangguh. Begitu kan Kiai? kata moderator.
"Nah, betul Sampean Pak Moderator. Pancasila ditangguhkan itu maknanya dikokohkan, dipertangguh.."

"Hahaha.. Penjelasan kiai berbaju hitam itu disambut gelak tawa. Seorang kiai nyeletuk, "Maklum, dia belum pintar Bahasa Indonesia.." (hs)

Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/8/32242/Humor/Pancasila_Ditangguhkan.html
»»  read more

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer