Penerima hadiah Nobel dari Turki, Orhan Pamuk, mengatakan bahwa dia senang melihat pemikiran bahwa Islam dan demokrasi tidak sesuai ternyata tak terbukti. (Foto: Arts Fuse)
BRUSSELS (Berita SuaraMedia) – Penerima hadiah Nobel dari Turki, Orhan Pamuk, berbicara di sebuah kanal televisi pemerintah di Brussels, mengatakan bahwa dia senang melihat pemikiran bahwa Islam dan demokrasi tidak sesuai ternyata tak terbukti.
Pamuk berada di Belgia untuk Festival Passa Porta, sebuah kegiatan sastra Belgia sepanjang akhir pekan setiap dua tahun sekali. Dia dan lebih dari 100 penulis lain termasuk Peter Esterhazy, Andrea Levy, Jens Christian Grondahl, David Mitchell, Juli Zeh dan  Douglas Kennedy, ikut serta dalam festival yang meliputi perjalanan sastra, debat penulis, naik kereta api puisi, dan tentu saja membaca.
Berbicara di televisi Belgia tentang perkembangan terbaru di Arab, Pamuk berargumen bahwa bangsa Arab tidak hanya mencari demokrasi tapi mereka juga ingin mendapatkan kembali kehormatan mereka. Dia kemudian mengatakan senang melihat bangsa lain di seluruh dunia berbagi semangat yang sama dengan bangsa Arab.
Tentang pertanyaan mengenai Turki yang diperlihatkan sebagai model demokrasi Islam dalam pemberontakan Tunisia dan Mesir, penulis internasional itu mengatakan ada pola pikir patriarkis di balik penunjukan Turki yang tidak dia sukai. “Tapi Turki memiliki demokrasi yang lebih berkembang daripada bangsa Arab lainnya. Aku harap kami tidak akan kehilangan itu,” ujarnya.
Pamuk juga berbicara tentang pemberontakan baru-baru ini di dunia Arab ketika dia masih di Jerman, di mana dia mempromosikan novelnya Cevdet Bey dan Putranya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Memperhatikan bahwa dia tidak mau berbicara tentang politik, Pamuk mengatakan, “Perubahan terjadi tiba-tiba dalam masyarakat tertindas karena pewarta perubahan tidak bisa disuarakan.”
“Semua orang berpikir segalanya akan terus sama selamanya, tapi memang, kritik dilontarkan di dalam rumah dan tempat-tempat tertutup lainnya. Ia tidak bisa disuarakan di ruang publik. Ketika itu tidak bisa terjadi dan orang-orang tiba-tiba keluar dari rumah untuk perubahan, itu tampak terjadi dengan tiba-tiba. Itu harus tiba-tiba karena jika kau melakukannya dengan perlahan, maka mereka akan memenjarakan pelakunya.”
Pamuk lahir di Istanbul tahun 1952 dan tumbuh besar dalam keluarga yang kaya. Dia dididik di sekolah menengah Robert College di Istanbul dan melanjutkan untuk studi arsitektur di Istanbul Technical University karena terkait dengan karir impiannya yang sesungguhnya, melukis. Namun, dia keluar dari sekolah arsitektur setelah tiga tahun untuk menjadi penulis penuh waktu, dan lulus dari Institute of Journalism di University of Istanbul tahun 1976. Mulai usia 22 hingga 30 tahun, Pamuk tinggal bersama ibunya, menulis novel pertamanya dan berupaya mencari penerbit. Dia menggambarkan dirinya sebagai Muslim Kultural yang mengasosiasikan identifikasi budaya dan sejarah dengan agama.
Bulan Mei 2007, Pamuk menjadi salah satu anggota juri untuk Cannes Film Festival yang diketuai oleh sutradara Inggris Stephen Frears. Dia menyelesaikan novel terbarunya, Masumiyet Muzesi (Museum Keluguan” di musim panas 2008. (rin/it/wp) www.suaramedia.com


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer