Syekh Abdul Qodir itu puteranya  Musa bin Abdillah bin Yahya Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdillah bin Musa Al Juni bin Abdillah Al Khafdhi bin Hasan Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Tholib Rhodhiyallahu ‘anhum ajmain.
Beliau dilahirkan thn 470 lan wafat thn 561, dimakamkan di Baghdad RA. Beliau mengajarkan 13 ilmu agama. Para muslim pada waktu itu di madrasah membahas kitab ilmu tafsir, ada yang membahas ilmu ilmu hadits,ilmu madzab, ilmu khilaf.
Ada salah seorang bertanya : Bagaimana caranya agar selamat dari ujub ? Beliau menjawab : Siapa orangya yang memandang bahwa semua perkara yang terjadi itu dari Allah, dan memandang Allah Ta’ala itu yang memudahkan kita bisa mengamalkan amal kebagusan, dan menghilangkan  dirinya dari pandangan masyarakat, orang yang begini akan selamat dari  ujub.
Syekh Abdul Qodir RA pernah berkata : Suatu hari  aku pernah melihat cahaya yang besar sekali, memenuhi ruangan langit, Lalu dari cahaya itu muncul satu bentuk makhluk yang bersuara. : hey…..Abdul Qodir ! Aku sudah menghalalkan perkara apa saja yang kukharamkan untuk kamu. Aku lalu berkata Ikhsan Ya La’iin. Kamu orang yang hina tuna , hey syetan yang dilaknati ! Kemudian nur itu berubah menjadi gelap, bentuk yang terlihat itu menjadi asap lalu bicara : Hey Abdul Qodir ! Kamu selamat dari gangguanku sebab pangertian kamu terhadap perintah Allah dan kepintaran kamu pada tingkah laku dan kedudukan kamu, padahal aku ini sudah menyasarkan ahli toriqot jumlahnya 70 dengan cara kejadian yang begini ini. Aku lalu mengucap : Semua itu berkat rahmat dan pertolongan Allah !!!!. Lalu salah seorang hadirin ada yang bertanya : Bagaimana tuan mengerti kalau nur itu syetan ? . Syekh menjawab : sebab ucapanya aku menghalalkan perkara yang kharam untuk kamu.
Syekh Abdul Qodir Al Jaelani pernah ditanyai tentang sifatnya wirid-wirid yang berasal dari Allah dan perkara yang datang di hati dari syetan. Lalu beliau menjawab : Wirid Illahi tidak datang sebab permintaan /doa hambanya, dan bisa tidak hilang karena sebab, dan tidak datang menetap pada sifat yang satu dan datangnya tidak pada waktu yang ditentukan, Bila thoriq syethan perkara yang datang dari syethan itu biasanya datangnya (sulaya) dengan datangnya wirid Illahi.
Syekh Abul Fatkhi Al-Harowy R.A. berkata : Aku menjadi khodamnya Syekh Abdul Qodir Al Jaelani selama 40 tahun. Selama 40 thn itu Beliau shalat subuh dengan wudhunya shalat Isya’. Sewaktu-waktu hadats lalu membaharui wudhunya langsung lalu shalat 2 rakaat. Pernah kholifah (preseden) bertamu ke rumah Beliau ingin kumpul menerima ajaran-ajaranya tetapi tidak berhasil/ketemu hingga fajar.
Syekh Harowy berkata : Aku prnah menginap di sandingnya Syekh ‘Abdul Qadir pada suatu malam aku melihat beliau salat sebentar pada awal malam, lalu dzikrullah Ta’ala hingga lewat sapertiga malam yang awal.
Panjenengane mengucap : Al Mukhithurrabbus Syahidul Hasibul Fa’alul Kholaqul Kholiqul Baariul Mushowwiru. Lalu terkadang dirinya menjadi mengecil dan terkadang menjadi besar sekali, dan terkadang naik ke langit-langit hingga hilang dari penglihatanku. Lalu shalat dan membaca Qur’an hingga lewat  sepertiga malam yang kedua. Beliau itu apabila sujud lama sekali lalu duduk menghadap kiblat dengan musyahadah dan muraqabah hingga mendekati waktu fajar. Lalu beliau mulai berdoa dan memohon-mohon memperlihatkan hinanya di hadapan Allah dan tubuhnya dikerubungi nur yang bisa menyilaukan mata hingga tidak terlihat yang ada di nur itu. Syekh Harowi berkata : Ketika itu aku mendengar suara orang mengucap salam : Salamun alaikum-salamun alaikum. Beliau menjawab salam itu hingga belaiau keluar kerena menjalankan sholat fajar.
Suatu waktu orang-orang fakir artinya para murid thoriqoh dlan ulama ahli fiqh berkumpul bersama  Syekh Abdul Qodir Al Jaelani R.A. di madrasah Nidhomiyah, Lalu Beliau berceramah mngenai perkara qodho dan taqdirnya Allah. Ketika  di tengah-tengah pembicaraanya, tiba-tiba ada ular jatuh dari atap. Lalu para hadirin langsung lari semua kecuali beliau, ular tadi lalu masuk ke pakaian belaiau dan berjalan di tubuhnya, lalu keluar dari kerah bajunya dan melilit lehernya. Tetapi pada situasi yang seperti itu beliau tidak memotong pembicaraanya dan tidak berubah duduknya seperti tidak terjadi apa-apa, lalu ular itu turun ke tanah dan berdiri dengan ekornya di hadapanya beliau. Lalu bersuara, lalu beliau berbicara dengan ular itu yang para hadirin tidak ada yang paham. Lalu ular tadi pergi dan para hadirin yang keluar lalu masuk lagi. bertanya kepada Syek Abdul  Qodir tentang apa yang dibicarakan ular tadi, Beliau menjawab : Ular itu berbicara begini: Aku ini sudah menguji banyak orang dari Walinya Allah.Tetapi aku tidak melihat Wali yang tabah seperti tabahya  hatimu. Aku lalu menjawab : Kamu itu hanya cacing kecil yang digerakkan oelh qodho dan taqdirnya Allah yang sedang saya terangkan sekarang ini.
Beliau Syekh Abdul Qodir Jaelani R.A. berkata kepada para murid : Kamu semua supaya mengikuti sunah Rasulullah SAW. Jangan membuat bid’ah, taat kepada Allah dan utusanya Allah Ta’ala, Jangan melanggar perintah-perintah Allah dan perintah utusanya Allah, supaya sabar jangan menggerutu. Supaya tabah dan jangan kacau hatinya, supaya menunggu Anugerah dari Allah, jangan luwas, supaya sama-sama kumpul dzikir Allah, jangan sibuk sendiri-sendiri terhadap urusan dunia. Supaya membersihkan diri dari dosa hati dan dhohir dan jangan menyingkir dari pintunya Allah SWT.
———————————————–
Sumber: Kitab manaqibul Auliya al-Abror
Penerjemah: R.G. Penta al-Batangi
Sumber: http://runnov.com/syekh-abdul-qodir-al-jaelani/

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer